أهلا وسهلا بحضوركم

Sabtu, 18 Juni 2011

ANALISIS FEMINISME PADA CERPEN “AL ARMALAH AS SAAHIROH” KARYA NAJIB AL KAILANI

ANALISIS FEMINISME PADA CERPEN “AL ARMALAH AS SAAHIROH
KARYA NAJIB AL KAILANI

A.      PENDAHULUAN
Pada masyarakat Arab, keberadaan perempuan di dalam keluarga memberi citra tersendiri, meskipun Islam telah menegaskan kesejajaran derajat dan martabat antara sesama manusia manusia sejak berabad-abad yang lalu, pandang rendah terhadap perempuan nampaknya tidak menghilang dari masyarakat Arab. Fenomena tentang penindasan kaum perempuan tetap menggejala sampai dasa warsa terakhir ini. Hal ini dapat diamati dari berbagai gambaran yang mewarnai berbagai media massa dunia. Segelintir dari realitas tersebut tergambar dalam cerpen karangan Najib Al Kailani.
Banyaknya karya-karya yang mengkaji perempuan yang telah dipublikasikan, khususnya di bidang kesusastraan, memunculkan jenis kritik baru dalam mengkaji karya-karya tersebut, yaitu kritik sastra feminis. Munculnya kritik sastra feminis tidak terlepas dari isu feminisme yang menyebar di seluruh penjuru dunia, begitu pula dalam masyarakat Arab.
Fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan adanya perlakuan tidak adil dan sewenang-wenang yang diterima kaum perempuan, dan didalihkan sebagai bagian dari ketentuan agama, yaitu tuntutan syariat Islam, adalah sama sekali tidak beralasan dan tidak sesuai dengan tujuan datangnya Islam yang justru ingin membebaskan perempuan dari belenggu yang telah lama menjerat leher mereka. Islam membela hak-hak perempuan dan memperbaiki kedudukan mereka. Islam mengurangi pebedaan yang ada antara laki-laki dan perempuan serta mengakui kebebasan status mereka.

B.       LANDASAN TEORI
1. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural sangat penting bagi analisis karya sastra karena di dalamnya suatu karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum diterapkannya analisis yang lain. Tanpa analisis struktural tersebut kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap. Pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.
Nurgiantoro, 2007 (dalam Nurhayati, 2008), langkah-langkah karya sastra dalam teori strukturalisme adalah:
a.       Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra secara lengkap dan jelas, nama tema, dan nama tokohnya.
b.      Mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui bagaimana tema, alur, dan latar dari sebuah karya sastra.
c.       Mengidentifikasikan fungsi masing-masing unsur sehingga diketahui fungsi alur, latar, dan penokohan dari sebuah karya sastra.
d.      Menghubungkan masing-masing unsur sehingga diketahui tema, alur, latar, penokohan dalam sebuah karya sastra.
Stanton, 2007 (dalam Ibnu, dkk, 2008) menjelaskan aspek struktural dalam karya fiksi meliputi tiga kategori, yaitu fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Yang termasuk dalam kategori fakta cerita adalah tokoh, alur, dan latar dan yang termasuk sarana cerita adalah konflik, klimaks, sudut pandang, nada dan gaya. Fungsi sarana sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami agar jelas. Sukron (2010) menambahkan bahwa dalam strukturalisme, relasi antar unsur sastra menjadi prinsip utama, karena cii sebuah struktur, termasuk di dalamnya sastra, adalah totalitas, transformasi, dan mengatur dirinya sendiri.
Pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktural berusaha memaparkan dan menunjukkan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra serta menjelaskan interaksi antar unsur-unsur dalam membentuk makna yang utuh. Analisis yang tampak menghiraukan hubungan antar unsur-unsur intrinsik kurang berfungsi tanpa adanya interaksi tersebut. Analisis struktural dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang bersangkutan.
2. Teori Kritik Sastra Feminisme
Moelino, 1996 (dalam Ibnu, dkk, 2008) feminisme berarti gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara wanita dan pria. Goefe, 1986 (dalam Ibnu, dkk, 2008) memperkuat bahwa feminisme adalah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita.
Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respon atas berkembangnya feminisme di berbagai penjuru dunia. Kritik sastra feminisme merupakan aliran baru dalam sosiologi sastra. Lahirnya bersamaan dengan kesadaran perempuan akan haknya. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki.
Adapun kritik sastra feminisme yang berkembang di masyarakat diantaranya adalah:
a. Kritik Ideologis
Kritik sastra feminis ini melibatkan wanita, khususnya kaum feminis, sebagai pembaca. Yang menjadi pusat perhatian pembaca adalah citra serta stereotipe seorang wanita dalam karya sastra. Kritik ini juga meneliti kesalahpahaman tentang wanita dan sebab-sebab mengapa wanita sering tidak diperhitungkan, bahkan nyaris diabaikan.
b. Kritik yang mengkaji penulis-penulis wanita (Ginokritik)
Dalam ragam ini termasuk penelitian tentang sejarah karya sastra wanita, gaya penulisan, tema, genre, dan struktur penulis wanita. Di samping itu, dikaji juga kreativitas penulis wanita, profesi penulis wanita sebagai suatu perkumpulan, serta perkembangan dan peraturan tradisi penulis wanita.
c. Kritik sastra feminis sosialis
Kritik ini meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat. Pengkritik feminis mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas.
d. Kritik sastra feminis-psikoanalistik
Kritik ini diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan atau menempatkan dirinya pada si tokoh wanita, sedang tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya.
e. Kritik feminis lesbian
Jenis ini hanya meneliti penulis dan tokoh wanita saja. Ragam kritik ini masih sangat terbatas karena beberapa faktor, yaitu kaum feminis kurang menyukai kelompok wanita homoseksual, kurangnya jurnal-jurnal wanita yang menulis lesbianisme, kaum lesbian sendiri belum mencapai kesepakatan tentang definisi lesbianisme, kaum lesbian banyak menggunakan bahasa terselubung. Pada intinya tujuan kritik sastra feminis-lesbian adalah pertama-tama mengembangkan suatu definisi yang cermat tentang makna lesbian. Kemudian pengkritik sastra lesbian akan menentukan apakah definisi ini dapat diterapkan pada diri penulis atau pada teks karyanya.
f. Kritik feminis ras atau etnik
Kritik feminis ini berusaha mendapatkan pengakuan bagi penulis etnik dan karyanya, baik dalam kajian wanita maupun dalam kanon sastra tradisional dan sastra feminis.
Kajian sastra feminis mempunyai tiga fokus. Pertama, menggali, mengkaji serta menilai karya penulis-penulis perempuan dari masa silam. Dan yang kedua mengkaji karya-karya tersebut dengan pendekatan feminis. Ketiga, pengkritik sastra feminis terutama berhasrat mengetahui bagaimana cara menerapkan penilaian estetik, di mana letak nilai estetiknya serta apakah nilai estetik yang telah dilakukan sungguh-sungguh sah. Singkatnya menilai tolok ukur yang digunakan untuk menentukan cara-cara penilaian lama. Berdasarkan ketiga tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa apa yang dikehendaki pengkritik sastra feminis adalah hak yang sama untuk mengungkapkan makna-makna baru yang mungkin berbeda dari teks-teks lama.
Kaum feminis memperjuangkan hak-hak perempuan di semua aspek kehidupan dengan tujuan agar kaum perempuan mendapatkan kedudukan yang sederajat dengan kaum laki-laki.

C.      SINOPSIS CERPEN AL ARMALAH AS SAAHIRAH KARYA NAJIB AL KAILANI
           Cerpen ini menceritakan tentang kehidupan rumah tangga Muhammad yang sempat hancur hanya karena kekagumannya pada seorang janda yang bernama Hundawiyah. Muhammad adalah seorang suami dari Sa’diyah dan telah dikaruniai dua orang anak. Istrinya bukanlah perempuan yang jelek, melainkan seorang perempuan cantik yang dilombakan para pemuda desa, namun perasaan aneh yang telah menguasi hatinya telah menyihirnya ke pangkuan Hundawiyah, yang mana dia adalah seorang perempuan biasa yang sudah menyandang status janda.
Kekagumannya pada Hundawiyah telah menyebabkannya lupa pada semuanya, termasuk keluarganya. Sebenarnya Muhammad juga tahu bahwa apa yang dilakannya adalah salah.... Hundawiyah haram baginya.... dia telah beristri dan telah dikaruniai dua orang anak. Tapi nafsunya lebih mengalahkan segalanya.
Muhammad juga tahu, jika poligami diperbolehkan dalam agama, asalkan bisa berbuat adil diantara mereka, namun dia tidak bisa melaksanakan hal ini. Sehingga istrinya selalu dalam tekanan kesedihan.
Perbuatan Muhammad ini memancing kemarahan para tetangganya. Mereka tidak terima atas keputusannya. Hingga suatu hari ibu Muhammad nekat ke rumah Hundawiyah untuk menjemput anaknya – Muhammad -. Kedatangannya ke rumah Hundawiyah menimbulkan cekcok antara Hundawiyah dengan ibu Muhammad. Cekcok antara keduanya disaksikan oleh puluhan warga. Dalam cekcok itupun Hundawiyah berani berkata kasar pada ibu Muhammad. Hingga kejadian itu membuat Muhammad sadar akan perbuatannya. Muhammad merasa bahwa keluarganya merupakan pendukung utama yang lebih mutlak.  Hari itu juga dia memutuskan untuk bercerai dengan  Hundawiyah.

D.      ANALISIS STRUKTURAL DALAM CERPEN AL ARMALAH AS SAAHIRAH  KARYA NAJIB AL KAILANI
1.         Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen, puisi, novel, karya tulis, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut. Tema dari cerpen Al Armalah As Saahirah ini adalah susah senangnya menjalani hidup berkeluarga, dibuktikan akan godaan Muhammad terhadap seorang janda.
2.        Alur
Alur atau plot merupakan jalan cerita atau rangkaian-rangkaan peristiwa yang membentuk jalan cerita. Alur yang digunakan pengarang dalam cerpen “Al Armalah As Saahirah” karya Najib Al Kailani adalah alur maju. Dapat dibuktikan dalam kutipan-kutipan ceritanya dibawah ini:
ولم يستطيع أن يفسر تلك اللهفة الحارقة التي تدفعه إلى بيتها الحقير  .... (282) .......... ولم يعد "محمد" يظهر فى شوارع القرية أو طرقاتها. لقد اختفى تماما عن العيون داخل بيت "هنداوية" بعد زوجه منها ، .... (290)...... وانتهى المشهد العاصف على زعرودة عالية ، أطلقتها إحدى الشامتات ..... (294)
Dia belum mampu menafsirkan kerinduan membara yang mendorongnya pergi kerumahnya yang reot itu,.... (282) ..... Muhammad belum menampakkan dirinya di sudut ataupun jalan-jalan desa. Dia masih bersembunyi di dalam rumah “Hundawiyah” dari hadapan masyarakat setelah pernikahannya dengan Hundawiyah..... (290)..... Berhentilah orang yang mengamuk dengan geraman yang tinggi, salah satu ciumannya tanda menceraikannya,..... (294)
            Alur cerita dalam novel Al Armalah As Saahirah ini terdiri dari 5 tahap yaitu tahap eksposisi atau perkenalan, penampilan masalah dan klimaks (peristiwa memuncak), ketengangan menurun, dan penyelesaian, penjelasanya sebagai berikut:
a.         Tahap perkenalan (eksposisi)
Muhammad adalah seoang laki-laki yang berumur 32 tahun. Dia adalah suami dari Sa’diyah, gadis cantik putri dari kerabatnya. Keduanya telah dikaruniai dua anak cowok. Kecantikan istrinya tidak menyurutkan niatnya untuk dekat dengan seorang janda yang bernama Hundawiyah. Hingga kehidupan rumah tangganya dalam ambang kehancuran.
b.        Tahap Penampilan masalah
Muhammad tertarik terhadap seorang janda bernama Hundawiyah.
c.         Tahap peristiwa memuncak (klimaks)
Muhammad memutuskan untuk menikah dengan Hundawiyah dan meninggalkan keluarganya termasuk istri, anak-anak, ibu, dan kekayaannya.
d.        Tahap ketengangan menurun
Ayah Sa’diyah dan Ibu Muhammad mendatangi rumah Hundawiyah dan meminta anaknya... Muhammad.... kepada Hundawiyah.
e.         Tahap penyelesaian
Muhammad menceraikan Hundawiyah dan kembali kepelukan keluarga.
3.        Tokoh dan Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang mengenalkan tokoh dalam cerita. Cerpen Al Armalah As Saahirah ini memiliki beberapa tokoh didalamnya. Jenis penokohan dalam novel ini mengunakan teori analitik dan dramatik.
Macam-macam karakter tokoh dalam Cerpen Al Armalah As Saahirah dikelompokkan menjadi:
1.        Tokoh protagonis : Sa’diyah.
2.        Tokoh antagonis : Muhammad dan Hundawiyah
3.        Tokoh andalan : Ibu Muhammad
4.        Tokoh tambahan : Masyarakat desa, ayah Sa’diyah, khotib jum’at, dan kyai masjid
5.        Tokoh figuran: anak-anak Sa’diyah dan Muhammad dan pemuda desa
Penokohan tokoh dalam cerpen Al Armalah As Saahirah ini adalah sebagai berikut:
a.         Muhammad
ü  Taat beragama
و "محمد" رجل محافظ يخاف الله ..... (283)
Muhammad adalah seorang pemimpin yang takut kepada Allah..... (283)
ü  Paham
.... ولا ينكر أن ما يفكر فيه حرام ..... (283)
...... dia tidak mengingkari bahwa yang dipikirkanya itu haram.... (283)
ü  Malu
ولم يعد "محمد" يظهر فى شوارع القرية أو طرقاتها. لقد اختفى تماما عن العيون داخل بيت "هنداوية" بعد زوجه منها .... (290)
Muhammad belum menampakkan dirinya di sudut ataupun jalan-jalan desa. Dia masih bersembunyi di dalam rumah “Hundawiyah” dari hadapan masyarakat setelah pernikahannya dengan Hundawiyah..... (290)
ü  Keras kepala
لكن "محمد" لا يرى ذلك مطلقا ، دائما يشعر أنها نغمة حنون في أذنيه .... (283)
Akan tetapi “Muhammad” tidak melihat itu sebagai alasan, dia selalu merasa bahwasanya dia adalah suara lembut yang melantun ditelinganya ..... (283)
ü  Penghianat
إن "محمد" يحاول أن يجد نقيصة في زوجه .. أو شبهة عيب تكون سببا فى انصرافه عنها .. وتهافته على "هنداوية" .... (283)
“Muhammad” berusaha menemukan cela dari pernikahannya... atau aib yang serupa yang bisa menyebabkan dirinya berpaling dari Sa’diyah... karena keinginannya atas “Hundawiyah” .... (283)
ü  Jahat dan kasar
.... وإذا ما قدّمت إليه الطعام كشر عن أنيابه وبدأ الغضب فى عنيه وزعم أنها لا تعرف كيف تطهو الطعام ، وأن مذاق اللقمة فى فمه يثير الغثيان .... (283-284)
..... jika Sa’diyah tidak menyediakan makanan kepadanya menggertaklah gigi taringnya dan mulailah kemarahan di kedua matanya dan berdalih bahwasannya Sa’diyah tidak tahu bagaimana memasak makanan, bahwasanya sesuap makanan lezat di dalam mulutnya menyebabkan rasa mual,. .....
وما شأنك أنت يا غبية ؟ (285)
Apa pedulimu wahai perempuan tolol? (285)
ü  Suka gombal
كل شىء جميل من يديك الحلوتين (284)
Setiap sesuatu yang dari kedua tanganmu yang manis itu indah (283)
b.        Hundawiyah
ü  Perempuan biasa
..... و "هنداوية" ؟ الناس جميعا يقولون إنها امرأة عادية .... (283)
...... “Hundawiyah” ? semua orang mengatakan bahwa dia adalah perempuan biasa.... (283)
ü  Janda
..... بالإضافة إلى أنها أرملة تخطت الخامسة و الثلاثين .... (283)
..... selain itu dia hanyalah janda yang telah berumur 35 tahun .... (283)
ü  Kasar dan tidak sopan
أمسكت بها "هنداوية" فى عنف ، وأخذت تدفعها خارج البيت وهى تقول : .... (291)
“Hundawiyah” menahannya dengan bengis, dia mendorongnya keluar rumah seraya berkata: ...... (291) 
c.         Sa’diyah
ü  Cantik
..... "سعدية" جليمة ، وكانت زينة الفتيات .. (282)
..... “Sa’diyah” cantik, dia adalah perhiasan para gadis.... (282)
..... و "سعدية" زوجة فاضلة جميلة ... (283)
..... dan “Sa’diyah” lah istrinya yang lebih utama nan cantik .... (283)
ü  Setia dan rela berkorban
أنا لم أسىء إليك .. طول عمرى خادمتك يا محمد.... لو طلبت منى أن أرمى بنفسى فى البحر لفعلت .... (286)
aku tidak memanfaatkanmu.... ku abdikan sepanjang hidupku padamu wahai Muhammad .... jika kau memintaku untuk terjun ke laut pun kan kulakukan ...... (286)
ü  Tulus dan ikhlas
وأدركت "سعدية" بفطرتها الصادقة أن زوجها قد أصبح رجلا آخر .... (284)
Dengan fitrahnya yang ikhlas, “Sa’diyah” melihat bahwa suaminya telah menjadi orang lain .... (284)
ü  Sabar
.... كانت تكتم فى قلبها أسى بالغا ، حاولت أن تخفيه طوال تلك الأيام .... (285)
...... dia merahasiakan kesedihan yang mendalam di dalam hatinya. selama ini, dia berusaha menutupinya.... (285)
d.        Ibu Muhammad
ü  Pemarah dan kasar
غضبت "أم محمد" وأزاحتها فى غيظ قائلة :.... (290)
Ibu Muhammad marah dan menyingkirkannya dengan kasar seraya berkata:..... (290)
ü  Khawatir dan sayang
لكنى أخاف على ولدى من جيرة الحيات .... أ تطرديننى ؟.... (291)
Akan tetapi aku takut anakku dekat dengan ular .... apakah kamu akan memisahkanku?
e.         Ayah Sa’diyah
ü  Laki-laki hebat,  bereputasi baik, dermawan, dan kaya raya
.... وأبوها – صهره – رجل مرموق المكانة حسن السمعة سخى اليد .. يملك عشرة افدنة ....(283)
.... ayah Sa’diyah – kerabatnya – seorang laki-laki yang berkedudukan tinggi,  bereputasi baik, dermawan .... memiliki 10  istana kokoh..... (283)
f.         Khotib Jum’at
ü  Jujur
.... وكان الخطيب يتحدث عن تعدد الزوجات ... وعن العدل بينهن .. ذلك الشرط الأساسى الذى فرضه الدين لكل من أراد أن يتزوج ثانية .... (289)
.... Khotib membicarakan masalah poligami.... dan keadilan diantara keduanya .... itu adalah syarat pokok yang diwajibkan agama bagi seseorang yang ingin beristri dua ..... (289)
4.        Latar
Latar dalam karya sastra merupakan unsur tempat, waktu maupun keadaan sebuah cerita yang terjadi. Adapun latar yang terdapat dalam cerpen Al Armalah As Saahirah ini adalah sebagai berikut:
a.         Latar Waktu
ü  Sore
وذات مساء ، وقد ألقى "محمد" بجسده على السرير .....(285)
Suatu sore, Muhammad menjatuhkan badannya ke tempat tidur ..... (285)
ü  Hari ini
.... أكون سعيدة لو ذهبت إليه غدا يا "سى محمد " ؟ .... (288)
..... aku akan bahagia jika besok kamu pergi kepadanya ya “Muhammad”? .... (288)
ü  Hari Jum’at
..... وفى صلاة الجمعة بالمسجد الكبير ، أخذ يستمع إلى الخطيب بنصف وعى ... (288)
..... pada waktu sholat jama’ah di masjid besar, dia mendengarkan khotib dengan setengah memperhatikan .... (288)
b.        Latar tempat
ü  Rumah reot
......ولم يستطيع أن يفسر تلك اللهفة الحارقة التي تدفعه إلى بيتها الحقير ..... (282)
.... dia belum mampu menafsirkan kerinduan membara yang mendorongnya pergi kerumahnya yang reot itu.... (282)
ü  Kamar tidur
.... وقد ألقى "محمد" بجسده على السرير .. وأعطاها ظهره ... (285)
.... dia menjatuhkan badannya di tempat tidur.... dan menyendarkan punggungnya .... (285)
ü  Pintu
.... وهرولت "أم محمد" إلى بيت جارتها ، فاصطدمت "بهنداوية" لدى الباب ... (290)
.... dan ibu Muhammad berjalan cepat menuju rumah tetangganya, dan bertabrakan dengan Hundawiyah di depan pintu.... (290)
ü  Masjid
.... وفى صلاة الجمعة بالمسجد الكبير ، أخذ يستمع إلى الخطيب بنصف وعى ،.... (288)
..... pada waktu sholat jama’ah di masjid besar, dia mendengarkan khotib dengan setengah memperhatikan .... (288)
5.        Gaya Bahasa
Gaya bahasa suatu karya sastra adalah bagaimana cara pengarang menguraikan bahasa dalam karangannya. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam cerpen ini sangat terang-terangan, meskipun begitu ada sebagian kalimat dalam cerpen ini yang menggunakan bahasa yang indah, sehingga tidak membuat bosan pembaca yang membacanya, misalnya :
....كانت كلمات "هنداوية" تنساب إلى أذنيه كالسحر ونظرتها تتسلل إلى روحه فتشعلها ،....(282)
.... kata-kata “Hundawiyah” melintasi pendengarannya bagaikan sihir, tatapannya mampu menusuk dan membakarnya jiwanya.... (282)
6.        Amanat
Amanat adalah pemecahan masalah atau jalan keluar. Amanat cerpen ini secara langsung tidak melukiskan amanat bagi pembaca, namun penulis menuangkan kisahnya dalam sebuah cerpen agar pembaca mengerti.
Adapun amanat yang dapat diambil dari cerpen ini adalah:
1.      Tidak boleh mementingkan kepentingan pribadi
2.      Mengerti akan kedudukan masing-masing
3.      Harus menghargai pendapat orang lain
4.      Bersikap adil
5.      Bisa memahami dan menjaga perasaan orang lain
6.      Tidak boleh keras kepala
7.      Menghormati yang lebih tua

E.       ANALISIS TEORI KRITIK FEMINISME DALAM CERPEN AL ARMALAH AS SAAHIRAH  KARYA NAJIB AL KAILANI
Wujud gambaran tokoh “Sa’diyah”  dalam cerpen Al Armalah As Saahirah karya Najib Al Kailani :
1.        Perempuan ingin dihargai
.... وإذا ما قدّمت إليه الطعام كشر عن أنيابه وبدأ الغضب فى عنيه وزعم أنها لا تعرف كيف تطهو الطعام ، وأن مذاق اللقمة فى فمه يثير الغثيان ، وأن .. وأن .. إلى أن تنصرف عنه دامعة العينين .. جريحة الكبرياء .... (283-284)
. .... dan jika Sa’diyah tidak menyediakan makanan untuknya menggertaklah gigi taringnya dan mulailah kemarahan di kedua matanya dan berdalih bahwasannya Sa’diyah tidak tahu bagaimana memasak makanan, bahwasanya sesuap makanan lezat di dalam mulutnya menyebabkan rasa mual, hingga Sa’diyah berpaling darinya dengan linangan air mata. ...(283-284)
2.        Perempuan mempunyai sifat tulus dan ikhlas
وأدركت "سعدية" بفطرتها الصادقة أن زوجها قد أصبح رجلا آخر ... (284)
Dengan fitrahnya yang ikhlas, “Sa’diyah” melihat bahwa suaminya telah menjadi orang lain .... (284)
3.        Perempuan adalah orang yang berani
لكنك تقضى أغلب الليل متيقظا.. وتتقلب على الجنبين وكأن سريرك من أشواك.
فانتفض قاعدا .. وقد تغيرت سحنته:
وما شأنك أنت يا غبية ؟
زوجتك.
فأطال إليها النظر فى حقد .. ولما لم يتكلم استطردت قائلة :
وأم أولادك.
Akan tetapi kamu menghabiskan malam-malammu untuk bergadang..... kamu meliukkan ke kanan da ke kiri seakan ini adalah tempat tidurmu dari duri
...........
Istrimu.
kemudian Muhammad menatap lama padanya dengan rasa dengki......dan belum sempat bicara Sa’diyah berkata:
ibu anak-anakmu ....
4.        Perempuan adalah seorang yang kuat dan sabar
.... كانت تكتم فى قلبها أسى بالغا ، حاولت أن تخفيه طوال تلك الأيام ..... (285)
....dia merahasiakan kesedihan yang mendalam di dalam hatinya. selama ini, dia berusaha menutupinya.... (285)
5.        Perempuan adalah seorang yang berhati baik
أنا لم أسىء إليك .. طول عمرى خادمتك يا محمد.... (286)
Aku tidak memanfaatkanmu.... ku abdikan sepanjang hidupku padamu wahai Muhammad ....(286)
6.        Perempuan adalah seorang yang setia pada orang yang dicintainya
أنا لم أسىء إليك .. طول عمرى خادمتك يا محمد.... (286)
Aku tidak memanfaatkanmu.... ku abdikan sepanjang hidupku padamu wahai Muhammad ....(286)
7.        Perempuan adalah seorang yang rela berkorban
.... دائما أنا تحت قدميك .. لو طلبت منى أن أرمى بنفسى فى البحر لفعلت ... إن لم يكن من أجلى فمن أجل أولادك.... (286)
.... aku selalu dibawah telapak kakimu .... jika kau memintaku terjun ke laut pun akan kulakukan.... jika kamu tidak menginginkanku, maka pikirkanlah anak-anakmu. (286)
8.        Perempuan adalah seorang yang tegar
....وتمنت "سعدية" غى تلك اللحظات أن يهبها الله االقدرة على معرفة ما يعتمل فى نفسه ، وقراءة ما يدور فى ذهنه .... (286)
.... Seketika itu Sa’diyah berharap semoga Allah memberinya kekuatan dalam menghadapi apa yang dikerjakannya (suaminya), dan bacaan yang diputar di kepalanya.... (286)
9.        Perempuan senang diperhatikan
ووجد نفسه ينحنى عليها ويطبع على جبينها قبلة مرتبكة ثم تمتم :.... وابتسمت لأول مرة ، وقد توردت وجنتاها ، ولم يبق من الدموع....(287)
Sa’diyah mendapati Muhammad menyandar kepadanya dan  mengecup dahinya dengan ciuman hangat.... dia tersenyum untuk pertama kalinya, kedua pipinya memerah, dia belum meninggalkan air mata.... (287)
10.    Perempuan ingin yang terbaik bagi orang yang dicintainya
ما أشد حاجتك إلى " تحويطة" وتعويذة قوية !.. أكون سعيدة لو ذهبت إليه غدايا "سى محمد " ؟ .... (288)
Apa lagi yang kamu butuhkan terhadap jimat dan jampi-jampi yang kuat?
...... Aku bahagia jika besok kamu pergi kepadanya ya Muhammad? .... (288)

F.       DAFTAR RUJUKAN
Huda, Ibnu Samsul, dkk. 2008. Bahan Ajar Telaah Prosa. Malang.
Nurhayati. 2008. Nilai Moral dalam Novel Sang Guru Karya Gerson Poyk : Tinjauan Semiotik. Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, (Online), (PDF, diakses 14 Mei 2011).
Kamil, Sukron. 2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta : Rajawali Pers.